Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Kamu hanya butuh teman ngobrol kan?

Sebenarnya aku tidak ingin jadi orang sok tahu ataupun pura-pura tahu. Tidak, bukan itu maksudku. Mau bagaimana saya menerkanya, kalau jelas-jelas kamu menggiringku ke topik yang sedang ingin kamu bicarakan. Kamu cuma butuh teman ngobrol kan? Sebenarnya, update- an statusmu di sekian banyak sosmed itu cuma berharap minta ditanggapi bukan? Ah aku ini, lagi-lagi nyinyir dan sok tahu. Hidup ini tak jauh-jauh dari nyinyirin orang, nyinyirin orang nyinyir, nyinyirin orang nyinyir yang lagi nyinyirin orang. Nyinyir melambai. Komplit. Tapi semua bisa diminimalisir, manut kitanya mau bagaimana. Jauh dari keinginan untuk nyinyir lewat tulisan ini, tiba-tiba kamu datang dengan topik lain yang mungkin memang sedang membuncah di kepalamu. Jauh dari topik yang dibicarakan sebelumnya. Kamu ulangi lagi, dan lagi. Begitu terus sampai aku kadang sudah tahu apa yang akan aku dengar. Kamu hanya butuh teman ngobrol kan? Semua orang memang ingin didengarkan. Tanpa dibantah, terkadang. Tapi, na

Merdu Rindu

Sudah lama sekali kamu tidak datang. Kamu ke mana saja? Tapi nggak papa kan? Mungkin Yang Maha Kuasa belum mengirimkan takdirnya untuk mempertemukan kita. Ah kamu ini, pandai sekali membuat orang rindu. Awal bulan lalu kamu datang pertama kali setelah jeda panjang itu di kota ini. Aku pun juga tidak bisa bertemu. Aku sedang di kota seberang. Hanya dengar kabar saja kalau kamu datang.  Sampai akhirnya, kamu datang lagi. Dengan sepucuk rindu itu, mungkin kamu sengaja menghadangku yang sudah lama ingin sekali bertemu. Aku benar-benar terjebak. Kamu sukses membuatku tidak bergerak. Berhenti di sebuah emperan toko, menantimu menghilang. Yang dinanti-nanti akhirnya kembali. Sore ini kamu datang lagi. Dengan merdu khas suaramu, kamu datang seolah menumpahkan rindu. Ah, merdu sekali. Orang-orang juga merasa nyaman mendengar suaramu. Pohon di seberang jalan itu juga ikut berlenggak-lenggok bak penari yang diiringi lantunan tembang. Rindu membuncah. Pun dengan rindu ini. Akhirnya kita berte

Memutar waktu? Aku Belum Siap

Gambar
Lanjut lagi dari postingan sebelumnya. Soal, memutar waktu. Ah, November ini. Sudah separuh saja. Postingan sebelumnya membahas soal memutar waktu. Yang dimaksud adalah penanda waktu. Mana ada yang bisa menghentikan laju waktu. Walau ada lirik lagu " and when you smile the whole world stop and stare for a while... " coba tebak lagunya siapa? Yap, Bruno Mars- Just the Way You Are. Pernah baca juga di novelnya bang Tere, kurang lebih seperti ini "Ketika dia tersenyum, seluruh kegiatan di sekitarnya terhenti hanya karena ingin melihat senyumnya". Itu fiksi guys , kalau bener dunia akan berhenti saat sesorang tersenyum, mintalah dia untuk tersenyum terus. Garing.    Jam, adalah tanda. Jarum jam lebih tepatnya. Kalau jam saja tanpa jarum apa jadinya? Bakal jadi waktu rahasia dong. R: rahasia . OOT ( Out of Topic ) dikit ya, pernah ada teman bilang kalo BBMmu di R doang, berarti dia balas tapi sifatnya rahasia. Back to topic . Pernah nggak, denger atau baca cerita

Memilikimu, Keangkuhanku. Waktu

Waktu tidak akan berjalan mundur. Kecuali, jammu mbok walik .  Kemarin sempat ngetweet gitu, tapi belum dipraktekkan. Sama saja, ketika ada teman yang mempraktekkan dan belum berhasil, aku baru mencoba. Gimana caranya jarum jam ini bisa jalan dari kiri ke kanan ya? Baru berpikir begitu. Ternyata, premis pertama terpatahkan sendiri. Malik jam, yang dimaksud di awal adalah membalik arah jarum jam agar penanda waktu ini berjalan mundur. Dan ini hanya bisa dilakukan oleh tukang servis jam. Bhay ! Kesimpulannya adalah: yang pandai memutar waktu bisa jadi bapak/mas/ibu/mbak servis jam. (Waktu, re: penanda waktu) Waktu tidak akan berjalan mundur. Tapi harapan baru selalu ada. (Rangga). Sudah nonton miniseri AADC yang di LINE kan? Nhah itu.  Ngenes lihat bulan November udah dua digit saja. Duh. Progress skripsi sampe mana? Lupakan. Maksude ndang diselesaikan. Semua memiliki waktu yang sama bukan? Terkadang ada yang merasa waktu 24 jam kurang, ada juga waktunya yang turah-turah sampa