Esensi, Eksistensi

A Cat in My Eyes. Buku kumpulan cerita karya Fahd Djibran. 

Membaca buku ini seperti membaca buku filsafat. Cara penulis bercerita memaksa pembaca ikut berfikir tentang apa sebenarnya makna; cantik, waktu, hidup, bahkan tentang Tuhan, serta pertanyaan-pertanyaan lain. Semua itu sukses membuat pembaca semakin banyak bertanya. Baru mulai membaca cerita yang kedua, sudah disuguhi dengan pergulatan pertanyaan dan jawaban, kata cantik. 

Melalui kedua tokoh, Marva dan Zira yang melakukan riset, mencari sumber-sumber, dan melalui pemaknaan,  akhirnya, akhirnya disampaikan bahwa cantik itu tidak bisa didefinisikan. “Cantik adalah jawaban itu sendiri, Zira. Bukankah juga tidak setiap kata kita definisikan dan tak usah kita definisikan?”, begitulah yang tertulis di salah satu cerita yang berjudul Tubuh. Cantik, ya cantik. Cantik tidak perlu didefiniskan secara teoritis. Cantik ya cantik itu sendiri.


Ketika kita mendefiniskan makna sebuah kata, terlebih kata sifat, sebenarnya definisi yang kita temukan di kamus-kamus, dan definisi dari berbagai sumber hanyalah akan membatasi makna dari kata itu sendiri. Memperangkap pemikiran kita tentang makna katanya. Yang cantik kerap didefinikan dengan deskripsi fisik, atau hal-hal yang bisa kita lihat dengan indera penglihatan kita saja, melalui buku ini pembaca diajak untuk berpikir memaknai sebuah kata dari semua indera yang kita punya, terlebih hati. Aku sepakat dengan cerita yang berjudul Tubuh itu. Definisi hanya aka memperangkap kita, mebatasi cara kita memandang saja.


Setelah membahas cantik, yang membuat saya cukup.. yayayyaa, cukup mikir dan jadi pengen baca novel filsafat. Sekarang pembaca diajak untuk berpikir mendefiniskan kata ‘waktu’. Bagaimana kita mendefiniskan kata waktu? Dari dulu, waktu sering mebuatku bertanya-tanya. Karena aku pernah mengalami sendiri bahwa waktu bisa melenakan, bisa dianggap sebagai rejeki, rejeki waktu luang, bisa dianggap sebagai hal yang memuakkan, ketika kita menunggu, dan anggapan-anggapan lainnya soal waktu.


Lalu, di sini dibahas lagi tentang apa itu waktu. Oh My God. De javu rasanya.

Akhirnya, ada jawaban tambahan di buku ini. Waktu itu esensial, sedangkan hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya itu eksistensial. Esensi dan eksistensi. Mana yang lebih penting menurutmu esensi atau eksistensi?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menerapkan Meritrokasi dalam Pendidikan di Indonesia, Siapkah?

Dirampas Kenangan

Merdu Rindu