Terpenjara Dalam Kata

Kamu tahu apa definisi cinta? Kalau berbicara soal definisi, selamanya kita hanya akan terpenjara soal rangkaian kata yang disusun secara sistematis dengan tujuan melahirkan sebuah pemaknaan atau pengertian. Apa yang aku tulis ini, aku sendiri juga tidak paham. Aku tidak tahu apa tentang cinta. Aku hanya tahu istilah 'cinta' saja. Selebihnya aku masih sulit mendefinisikannya. Penafsiran akan beda-beda. Mungkin bagi sebagian orang, cinta adalah ibu yang menyiapkan sarapan dengan menu favorit keluarganya. Ayah yang selalu menanyakan kabar anggota keluarganya, memastikan semua dalam keadaan baik, sehat. Kenapa jadi ke Ayah dan Ibu gini. Aku hanya homesick  lapar, itu saja.

Minggu malam, 17 Mei 2015, aku bertemu lagi dengan simbah favoritku, simbah Sujiwo Tedjo di Wedangin "Sabda Penuh Cinta' Bentang Pustaka. Entah semenjak aku membaca bukunya 'Lupa Endonesa' (yang sampai sekarang belum selesai kubaca) aku jadi ingin kepo tentang tokoh-tokoh dalam pewayangan. Buku-buku beliau berat menurutku, berat dalam artian harus dengan berfikir untuk tahu isinya, mirip buku teori skripsi  *tsaaahhh. Setidaknya kita tahu watak tokoh dalam pewayangan, dan kondisi politik di Indonesia. Kurang lebih seperti ini. Bukunya penuh analogi. Aku mah apa, atuh. OK, ini pertemuan keduaku dengan beliau setelah pertemuan pertama di launching buku Rahvayana 2 'Ada yang Tiada' di RRI Pro 2 Jogja Februari lalu.  

Malam itu, masih berbicara tentang buku Rahvayana 2, dan ada Gus Candra Malik penulis buku 'Ma'rifat Cinta' (belum beli dan belum baca bukunya). Alhasil, disitu tidak henti-hentinya yang dibahas adalah soal cinta. Soal cinta hingga agama. Soal cinta hingga surat-surat dalam Al-Quran yang menurut simbah Sudjiwotedjo adalah cinta terbesarNya karena keindahan ayat-ayatNya.  Soal cinta hingga surga. Cinta hingga rindu. Cinta hingga diam. Cinta adalah luka, dan rindu adalah perihnya (@CandraMalik).

Menarik memang. Simbah Sudjiwo Tedjo, di twitternya @sudjiwotedjo dengan gayanya yang khas sering memberikan tebakan, dan selalu menyindir dengan IQ melati, atau IQ bintang 5. Terkadang saya juga merasa IQ melati kalau tidak bisa mengeksplor jawaban atas pertanyaan di twitternya. Kok bodo yo aku? Pancen. Hati kecil berbisik.

Kembali berbicara soal cinta. Cinta itu kata. Terkadang manusia terbelenggu dengan istilah yang mereka buat sendiri, kata simbah. Soal rindu, soal cinta. Sampai-sampai manusia tidak bisa mendefinisikan apa itu rindu, apa itu cinta. Kalau kata Gus Candra Malik, hidup itu banyak rasa, tapi tidak banyak logika. Apa-apa dirasakan. Rasa ngantuk, rasa lapar, rasa rindu, rasa cinta. Coba sekarang, apa ada logika ngantuk, logika lapar, logika rindu, logika cinta?

Simbah juga bercerita tentang pengalamannya jadi wartawan selama 10 tahun. Katanya, menjadi wartawan adalah cara paling mudah untuk menemui istri orang tanpa dicurigai dengan modus mau wawancara. Bisa bisa... Jadi recall kemabli tentang keinginanku untuk itu. Ah sudahlah. Jadi baper.

Akhir dari tulisan ini adalah?? Ada satu hal yang paling aku ingin pelajari. Kita hidup terbelenggu dengan kata. Bahkan untuk berbicara dengan diri sendiri saja kita memerlukan kata. Apakah kita bisa berkomunikasi tanpa kata, mbatin tanpa kata, berdialog dengan diri sendiri tanpa kata? Bagaimana kalau kita berbicara lewat tatapan mata saja?


Launching buku Rahvayana 2 'Ada yang Tiada' di RRI Pro 2 Jogja

Book Sgining

Sabda Penuh Cinta. Wedangin di Bentang Pustaka Pogung Lor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menerapkan Meritrokasi dalam Pendidikan di Indonesia, Siapkah?

Dirampas Kenangan

Merdu Rindu