Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Ngreceh: Seni untuk Bertahan Hidup 2018

Kalo ada yang bilang, Umi receh. Mulai dah mulai receh. Yes, I am. Bagiku inilah satu-satunya caraku tetap tegak berdiri ditengah gelombang besar tugas dan tanggung jawab, ditambah lagi demi kelangsungan konsekuensi dari keputusan-keputusan yang diambil. Awal 2018 Awal 2018, sudah digantungin demi kuliah profesi yang dibiayai negara yang belum tahu kapan mulainya. Berat meninggalkan my cutie students yang kaya anak-anak mamak gamau ditinggal pergi. Bapak Kepala Sekolah yang menungguku bisa memberi keputusan bisa nyambi ngajar sambil kuliah. Wkwkwwk Februari 2018 "Bocah yang sukanya rame di kelas, nggak dengerin dosen dengan seksama, suka menunda tugas hingga deadline tiba, kini kau kena batunya. Hahahaha.", kata raksasa itu sambil terbahak. Bagaimana bisa kubertahan hidup di kelas dengan makhluk-makhluk yang hanya baru beberapa yang kukenal, rajin-rajin semua, anti receh-receh klub. Ingin rasanya 2018-ku kuhabiskan dengan sambat. Maret 2018 Hari-hari di mana kamu h

Kala

Tembok semakin tinggi, kokoh menjulang Berpagar waktu Lekat dengan debu Sesekali tersapu angin Bersama rindu yang mendingin Terpercik hujan Firasat yang menghujam Semenjana kata Niat pekat Pikiran padat Ide pampat Akal terhambat Alam mengajari Enggan menggurui

Rasa

Hambar. Jenis rasa yang satu ini terkadang paling menjemukan dari pahit dan getir sekalipun. Kecuali, jika kau sudah terlatih menerima segala rasa. Suatu hari, seorang anak bertanya kepada ibunya. "Ibu, kenapa semuanya terasa semakin hambar?" Bukan jawaban yang ia dapatkan, alih-alih makian sayang. "Di mana hatimu, nak?" "Sejauh mana hatimu menciptakan rasa?" "Di sudut hati mana kau letakkan cinta?" "Masihkah tersisa, atau malah tersita?" Wonogiri, 20 Oktober 2018

Manut

Setiap hari berada dalam fase pasrah Tidak untuk berhenti melangkah Setiap waktu berdiri pada setengah harap Keyakinan kepada Tuhan tak pernah cukup dari cakap Manut, menajadi penurut hingga waktu berturut